
Rayo Vallecano de Madrid yang populer dikenal dengan sebutan Rayo nyatanya memiliki kisah yang begitu miris. Berdiri tahun 1924 dengan basi di Kota Madrid.
Klub ini memainkan laga kandang di stadion Campo de FĂștbol de Vallecas berkapasitas 15.500 penonton. Seragam yang mereka gunakan ialah berwarna putih.
Meski berstatus sebagai kontestan di La Liga, berbagai fakta mengejutkan datang dari klub dengan stadion mini di sudut kota Spanyol tersebut.
Rayo Vallecano de Madrid: History Suporter yang Siratkan Paham Sosialis
Vallecas memiliki cerita indah di stadion mini dengan kapasitas 15 ribuan kursi. Stadion ini merupakan markas dari klub kebanggaan Vallecas yakni, Rayo Vallecano.
Stadion tersebut sangat mewakili wajah dari Rayo. Dengan kontur lapangan yang kurang ideal, dimana panjang dan lebarnya juga lebih pendek ketimbang lapangan lain di La Liga.
Hanya punya 3 tribun, markas kebanggaan kelas kuli ini juga memperlihatkan jika di salah satu belakang gawang hanya ada tembok dan papan reklame.
Ketimbang stadion lain di kota Madrid, kandang Rayo jelas tidak memenuhi standar. Namun, di banyak sudut Campo de Futbol de Vallecas ini banyak mural berserakan.
Mural ini mampu menyiratkan ideologi politik para suporter berpaham sosialis. Faktanya, Campo de FĂștbol de Vallecas dan Rayo Vallecano merupakan benteng terakhir sepak bola sayap kiri di Spanyol.
Uniknya, stadion ini tidak menjual tiket laga secara daring dan menolak segala macam modernisasi yang dapat mengeksploitasi fans.
Olehkarenanya, klub dengan julukan Los Franjirrojos ini tumbuh dan bertahan menjadi klub paling kecil dengan budget terendah di laga sekelas La Liga.
Musim ini, skuad Rayo Vallecano de Madrid berisikan 27 pemain dengan banderol senilai 61,50 juta euro.
Angka ini tentunya hanya melewati nilai skuad lain seperti, Cadiz, Elche an Deportivo Alaves.
Rayo Vallecano juga tercatat sebagai kontestan La Liga dengan uang jajan terendah di bursa transfer musim panas tahun 2021.
Bahkan, Los Franjirrojos hanya merogoh kocek 4,3 juta Euro untuk mendatangkan 11 pemain anyar untuk memperkuat tim mereka.
Klub kebanggaan Vallecas ini memang tergolong unik karena manajemen mereka yang ambyar untuk klub yang berlaga di liga papan atas Spanyol
Beberapa tahun lalu, tersiar kabar jika mereka didenda karena ulah ultras Rayo yang meneriakkan ejekan berbau rasisme Nazi kepada salah satu eks pemain mereka sendiri.
Belakangan, hubungan Rayo dengan Bukaneros, sang pemilik klub juga menegang.
Namun, bagaimana ceritanya klub dengan sederet kisah kacaunya tersebut tampil sangat impresif di La Liga musim ini.
Big Dream Rayo Vallecano, Lolos Kompetisi di Benua Biru
Tampil impresif di tahun 2021, tak membuat Rayo melenggang mulus. Mereka sempat kepeleset di laga pembuka tahun 2022.
Problem mereka setidaknya masih sama yakni, sulit meraih poin saat menjalani laga away.
Bermain di laga tandang ke Wanda Metropolitan, Rayo Vallecano de Madrid memble 2-0 dari Atletico Madrid, sang juara bertahan.
Kekalahan ini tentunya membuat mereka anjlok ke peringkat 6 La Liga di pekan ke-19. Dari 10 laga tandang, asuhan Andoni Iraola ini hanya mampu mengantongi 5 poin saja.
Hasil dari satu kali menang, dan dua kali laga rampung imbang. Kendati terdepak dari zona Liga Champions, paling tidak Los Franjirrojos masih nyantol di zona kompetisi Eropa.
Jika pegangan mereka kuat hingga akhir musim, pencapaian ini akan jadi prestasi tertinggi klub sepanjang sejarah.
Miskin Prestasi
Kendati telah berdiri sejak 1924 silam, trofi tertinggi yang pernah dikantongi Rayo Vallecano hanyalah Segunda Division di musim 2017-2018.
Menjalani 19 musim di La Liga, kursi tertinggi yang pernah disabet Rayo hanyalah finish di peringkat 8 2012/2013.
Di kancah internasional sendiri, Los Franjirrojos baru sekali merumput di kompetisi Eropa saat lolos hingga babak perempat final. Tepatnya di Piala Eropa sekitar 200//2001.
Meski berat mengulang prestasinya di masa silam, Rayo kini tengah banting tulang demi mengetuk pintu langit untuk mengirimkan sang Dewi Fortuna.
Meski jago kandang, Rayo Vallecano de Madrid masih harus bersusah payah mewujudkan mimpi besar mereka untuk melenggang bersama kontestan lain di Benua biru.