
Bagi penggemar sepak bola, Atalanta Sang Dewi bukanlah nama asing.
Klub yang menjadi salah satu tim yang berkompetisi di Serie A Italia tersebut termasuk salah satu yang tua.
Meskipun prestasinya tidak sementereng klub-klub papan atas lain, mereka disebut Ratu Provinsi karena menjadi klub paling stabil yang berasal dari wilayah Italia. Mereka pernah merasakan 58 kali di kompetisi Serie A, 28 kali Serie B, dan hanya sekali di Serie C.
Sejarah Atalanta Sang Dewi
Nama lengkap klub adalah Atalanta Bergamasca Calcio. Mereka dikenal dengan sebutan singkat Atalanta. Sementara orang Italia terkadang menyebutnya sebagai Atalanta Bergamo atau Atalanta BC.
Uniknya, meski berbasis di Bergamo, Lombardy, Italia, klub didirikan oleh para pelajar Swiss di gym liceo calico pada tahun 1907.
Stadion skuat yang musim 2022/2023 ini berada di peringkat keenam klasemen sementara adalah Atleti Azzurri d’Italia yang berkapasitas 21.300 tempat duduk.
Jersey mereka berwarna hitam biru, mirip dengan Inter Milan, tetapi dengan sejarah berbeda.
Jika Inter Milan sengaja dibuat oleh goresan pelukis Giorgio Muggiani saat memisahkan diri dari AC Milan, jersey Atalanta merupakan gabungan warna dua tim.
Selain Atalanta, pada awal abad 19 ada tim sekota sebagai pesaing, yakni Bergamasca. Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) meminta penggabungan pada tahun 1919. Hanya satu tim yang dapat mewakili wilayah dalam kompetisi nasional.
Jadi, warna hitam putih pada jersey adalah jalan tengah saat Atalanta dan Bargamasca menjadi satu.
Keunikan lain dari ciri khas Atalanta adalah logo. Jika diperhatikan dengan sekasama ada gambar perempuan menghadap samping di sana. Alasan klub kemudian dikenal dengan Atalanta Sang Dewi.
Perempuan yang dijadikan logo tersebut sesuai dengan nama klub, perwujudan Dewi Yunani bernama Atalanta. La Dea (Sang Dewi) bermakna filosofis klub yang tidak hanya bermain sepak bola, tetapi berjuang dalam setiap laga.
Atalanta Sang Dewi mempunyai ciri khas permainan Italia. Mereka pernah beberapa kali merasakan berkompetisi di kancah Eropa.
Itu dikarenakan mereka merupakan kuda hitam. Skuat raksasa tidak boleh meremehkan I Nerrazurri yang satu ini karena beberapa tahun terakhir selalu berada di sepuluh besar Serie A.
Itu sebabnya mereka pernah berada di kasta kedua kompetisi Eropa.
Mereka bermain di Liga Eropa pada musim 2017/2018 setelah finish di posisi ketiga Serie A.
Pada debutnya, Sang Dewi berhasil menang 4 kali alias tanpa kekalahan di fase grup. Sayangnya, mereka tidak dapat melanjutkan kiprah di babak selanjutnya karena kalah di fase gugur.
Setelah itu, Atalanta juga pernah tampil di Piala Winners.
Prestasi terbaiknya adalah kompetisi Liga Champions, laga antar klub Eropa paling bergengsi. Hanya klub-klub peringkat atas yang otomatis dapat berlaga.
Musim 2019/2020 untuk pertama kalinya mereka tampil di Liga Champions.
Pada musim yang sama di Serie A mereka berhasil mengalahkan klub besar, Inter Milan dan Lazio. Skuat berhasil menempati posisi keempat setelah Juventus, Napoli, dan Inter Milan.
Sebagai tim pendatang baru di kompetisi paling tinggi Eropa, banyak yang meremehkan Atalanta. Apalagi di saat yang sama ada Juventus juga dari Italia dengan pengalaman lebih baik.
Klub yang berusia seratus tahun lebih sedikit ketika masuk Liga Champions diprediksi akan menghuni papan bawah. Apalagi di laga pertama mereka kalah tiga laga pertama melawan Dinamo Zagrep, Shakhtar Donest, dan Manchester City. Skuat langsung kebobolan 11 gol.
Namun, klub yang diperkuat Josip Illic dan kawan-kawan segera bangkit.
Mereka menahan imbang jawara Inggris Manchester City di San Siro dengan skor 1-1. Setelah itu, Zagrep juga dikalahkan 2-0. Begitu pula dengan laga melawan Shakhtar yang mereka menangkan 3-0.
Atalanta Sang Dewi membuktikan mereka tidak dapat dipandang remeh dan keluar sebagai runner-up grup di bawah Man City. Mereka mengalahkan Valencia dengan skor 4-3 dan sayangnya harus tunduk 1-2 dari PSG sehingga langkahnya terhenti di perempat final.